Akademisi Minta Parosil Bersikap seperti Negarawan
FAJARSUMATERA – Pernyataan viral Parosil Mabsus yang berkesan membenturkan perbedaan membuat kemajemukan Indonesia sebagai negara adalah sebuah kebodohan yang dilakukan oleh selevel Mantan Bupati dengan mengkotak kotakan NU dan Muhammadiyah dalam ruang lingkup politik.
Muhammadiyah sebagai organisasi terbuka yang modern sangat bisa menerima perbedaan. Hal tersebut ditunjukkan dari para aktivis yang berhimpun didalamnya terdiri dari banyak kalangan. Hal itu diungkap oleh Moh. Nizar, mahasiswa PhD Universiti Utara Malaysia.
“Muhammadiyah itu organisasi yang terbuka. Pelbagai kalangan dari aliran tradisional, modernis, kanan, tengah, bahkan kiri ada di Muhammadiyah. Oleh karena itu, melihat Muhammadiyah tidak bisa digeneralkan,”ujar Nizar.
Menurutnya, falam konteks keagamaan Islam di Indonesia ini merupakan produk fiqih dan Indonesia sebagai negara majemuk. Pondasi sosial masyarakatnya terdiri dari perkumpulan-perkumpulan organisasi masyarakat (Ormas), dengan kata lain ketika ada suatu Ormas dikotak-kotakkan maka secara tidak langsung sama saja membentur-benturkan perbedaan wilayah fiqih dan kemajemukan dalam bernegara.
“Pernyataan viral Parosil itu sama saja dengan membentur benturkan perbedaan wilayah fiqh dan kemajemukan dalam bernegara,”ujar Akademisi Muda jebolan Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.
Dirinya berharap agar hal seperti ini tidak terulang dimasa depan. Menjaga Indonesia adalah bagian dari kehidupan bernegara dan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Bersikaplah sejatinya sebagai seorang Negarawan untuk keutuhan NKRI,”ujar Nizar.