Nelayan Teluk Bone Hadapi Musim Paceklik, Pilih Menepi dari Laut
FAJARSUMATERA — Musim paceklik yang melanda nelayan di Jalan Teluk Bone, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung, telah memaksa banyak nelayan untuk berhenti melaut sebelum waktunya. Jum’at (18/10/24).
Sejumlah nelayan di daerah yang dikenal sebagai “kampung Bugis” ini memilih untuk menepi, mengingat hasil tangkapan ikan yang semakin menurun.
Umumnya, nelayan akan libur melaut saat bulan purnama. Namun, belakangan ini, banyak kapal nelayan yang bersandar di pelabuhan jauh sebelum bulan purnama tiba.
“Kami pilih menepi untuk menghemat bahan bakar kapal. Sudah pakai bahan bakar yang banyak, tapi hasil tangkapan tidak sesuai dengan biaya operasionalnya,” ucap Idris (38) pria yang telah bekerja sebagai nelayan sejak 20 tahun lalu.
Saat ditemui di rumahnya, ia menjelaskan bahwa situasi ini merupakan hal yang umum terjadi setiap tahun. “Angin kencang menjadi salah satu penyebab kami sulit mendapatkan ikan,” ungkapnya.
Kesulitan ini berdampak serius pada ekonomi nelayan. “Kami terpaksa berhutang bahan pokok di warung,” tambah Idris dengan nada lirih.
Senawati (54), pemilik warung sembako di Teluk Bone, membenarkan pernyataan Idris. “Sejak musim paceklik, banyak nelayan yang harus berhutang di warung saya untuk melanjutkan hidup. Namun, saya tidak masalah, karena ketika hasil tangkapan ikan mereka membaik, mereka langsung melunasi hutang-hutangnya,” ujarnya.
Pengalaman serupa juga dialami nelayan lain yaitu Ari (32). Pria ini merasa sedikit lebih beruntung, karena selain sebagai nelayan, ia juga memiliki usaha ternak ayam. “Alhamdulillah, selain melaut, saya juga memelihara ayam di rumah. Saat musim paceklik tiba, saya bisa menjual ayam yang saya pelihara untuk memenuhi kebutuhan makan dan pendidikan anak-anak,” jelasnya.
Ari berharap agar masa paceklik ini segera berlalu agar kehidupan mereka dapat lebih baik. (Suryani)