Gilingan Padi Keliling Solusi Hemat dan Praktis Bagi Petani Lampung

FAJARSUMATERA – Gilingan padi keliling kini menjadi salah satu inovasi yang membantu para petani di desa-desa. Usaha ini mendapatkan perhatian besar karena sangat membantu masyarakat, khususnya para petani di Golf Sukarame, Bandar Lampung, pada Kamis (24/10/2024).
Usaha gilingan padi keliling ini milik Andre dari Grup Bina Tani. Salah satu karyawannya, Sriyono (42) berasal dari Sukamaju, Jati Agung. Ia telah bekerja di gilingan padi keliling ini sudah tiga tahun hingga saat ini. “Saya sering mendapatkan panggilan telepon dari masyarakat untuk datang menggiling padi,” kata Sriyono, menekankan betapa pentingnya layanan ini bagi para petani.

Kehadoran Gilinhan Padi Keliling Tawarkan solusi hemat dan praktis. (Foto Liya)
Gilingan padi keliling ini melayani di beberapa daerah, termasuk Malang Sari Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Timur, Gunung Agung, Kertosari, Golf Sukarame, dan Sabah Balau. Setiap harinya gilingan ini beroperasi dari pukul 09.00 hingga 20.00 WIB dengan jam keberangkatan yang tidak menentu tergantung kebutuhan masyarakat.
Dalam satu armada gilingan padi, terdapat dua orang karyawan. Andre memiliki dua armada, sementara di daerah Jati Agung, terdapat sekitar 50 armada gilingan padi lainnya yang beroperasi.
Proses penggilingan dilakukan dengan memasukkan padi ke dalam mesin untuk menghilangkan kulit dan kemudian dipoles. Dalam waktu lima menit, satu karung beras dapat selesai digiling. Sriyono menyatakan, “Saat panen, gilingan ini bisa menghasilkan hingga 50 kwintal padi, tetapi saat ini, 1 kwintal sehari sudah dianggap cukup banyak karena menguras energi”.
Dalam hal pembayaran, petani membayar biaya gilingan padi dalam bentuk beras, yang dikenal dengan istilah “bawon.” Setiap karung padi yang digiling, mereka hanya mengambil sebagian dari hasil gilingan. “Setiap 10 kilogram padi yang digiling, kami mendapatkan 1 kilogram beras sebagai upah,” jelas Sriyono.
Masyarakat setempat memberikan respon positif terhadap layanan gilingan padi keliling ini. Sumiyati (35) mengatakan, “Pembayaran gilingan padi ini tidak terlalu berat. Kami cukup membayar dengan beras, dan prosesnya dilakukan di depan rumah kami tanpa memakan banyak waktu.”
Namun, usaha ini juga menghadapi tantangan. Sriyono mengakui bahwa pabrik penggilingan padi merupakan pesaing utama. “Pabrik adalah musuh kami, tetapi kami bersaing secara sehat. Ini adalah bagian dari mencari nafkah,” katanya.
Sriyono berharap gilingan padi keliling ini dapat terus berlanjut dan berkembang. “Semoga para petani tetap mencintai usaha ini dan gilingan padi keliling ini tetap berlanjut semakin berjaya di masa depan serta bisa memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” tutupnya.
Dengan keberadaan gilingan padi keliling ini, para petani di Lampung dapat menikmati kemudahan dalam menggiling padi. Mereka tanpa harus pergi ke pabrik dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. (Liya)