Tekan Kasus DBD, Dinkes Metro Gencarkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik

FAJARSUMATERA — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Metro mengajak warga untuk menerapkan gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) untuk menekan penyebaran nyamuk aedes aegypt yang menyebabkan demam berdarah dengue (DBD).
Hal itu diungkapkan, Kepala Dinas Kesehatan Metro Eko Hendro Saputra diwakili Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Metro, Verawati Nasution saat diwawancarai diruang kerjanya, pada Jum’at, (03/05/2024).
Menurutnya, gerakan tersebut dinilai untuk mengantisipasi terjangkitnya wabah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegepty.
“3M Plus itu menguras, menutup, mendaur ulang, dan plus nya memakai lotion anti nyamuk, memakai kelambu. 3M Plus ini, khususnya di Dinas Kesehatan Metro sudah memiliki inovasi program yaitu, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Jadi diupayakan setiap rumah di Kota Metro memiliki juru pemantau jentik,” ujarnya.
“Kalau secara teknis, dari Puskesmas sudah turun untuk melakukan sosialisasi kepada warga-warga sekitar Puskesmas setempat terkait dengan G1R1J ini,” sambungnya.
Selain itu, dia menjelaskan, untuk mencegah munculnya jentik-jentik nyamuk, masyarakat agar melakukan pemberian abate pada sumber air yang tidak mengalir.
“Untuk pencegahan munculnya jentik-jentik nyamuk, masyarakat bisa melakukan pemberian abate pada sumber air yang tidak mengalir atau menggenang. Abate tersebut bisa langsung diambil di Puskesmas secara gratis,” jelasnya.
Vera mengungkapkan, apabila di salah satu rumah warga ada yang positif terjangkit DBD. Pihaknya menyarankan agar segera melakukan fogging.
“Kalau sudah ada kasus positif, segera lakukan kegiatan untuk fogging. Tapi sebelumnya, harus dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dahulu, jadi antara Surveilans Rumah Sakit dan Surveilans Puskesmas, serta Dinas Kesehatan berkolaborasi untuk melaksanakan PE, kemudian melaksanakan fogging,” ungkapnya.
Namun begitu, dia menyebut bahwa, fogging tersebut bukan menjadi solusi untuk mencegah DBD.
“Tapi, fogging bukan menjadi solusi untuk pencegahan DBD. Yang mana, fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa. Dan juga ada akibatnya, asap fogging itu bisa menyebabkan ganggu kesehatan bagi masyarakat setempat. Jadi, polanya tetap di 3M Plus, untuk pencegahan dan pengendalian DBD ini,” ucapnya.
Dia menyampaikan, pada tahun 2024 persentase kasus DBD di Bumi Sai Wawai meningkat dari tahun sebelumnya.
“Jadi untuk persentase angka kesakitan terkait DBD, sedang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Untuk Kota Metro, di tahun 2023 ada diangka 122 kasus. Sedangkan di tahun 2024 ada peningkatan mencapai 100 persen, yaitu dari bulan Januari sampai bulan April ini, tercatat diangka 237 kasus,” ujar lagi.
Vera menambahkan, peningkatan kasus DBD tersebut akibat dari intensitas curah hujan yang cukup tinggi.
“Adanya intensitas curah hujan yang cukup tinggi, itu menyebabkan angka kesakitan DBD meningkatkan. Peningkatan penyakit DBD tersebut tidak hanya terjadi di Kota Metro saja, melainkan di seluruh Indonesia,” tuturnya. (Rahmat)