Tren Belanja Online Meningkat, Pasar Koppamastera Sepi Pengunjung
FAJARSUMATERA — Pasar Koppamastera, yang dulu menjadi pusat perbelanjaan bagi warga Kota Karang hingga Lempasing, kini menghadapi situasi sulit.
Pasar yang berlokasi di Jalan Teluk Ratai, Kota Karang, Bandar Lampung ini tampak sepi pengunjung. Deretan ruko yang sebelumnya dipenuhi pedagang kini sebagian besar kosong.
Menurut Rika, salah satu pedagang yang masih bertahan, tutupnya toko-toko di Pasar Koppamastera disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat dan perubahan perilaku belanja.
“Sekarang jarang orang belanja ke pasar. Banyak ruko yang tutup, terutama toko pakaian dan perabotan. Banyak toko terpaksa gulung tikar karena orang-orang lebih suka belanja online. Apalagi sekarang toko serba Rp35 ribu ada di mana-mana. Harga jadi jatuh, dan pasar ini mulai ditinggalkan,” ujar Rika saat ditemui di lapaknya pada Jumat (08/11/2024).
Penurunan jumlah pengunjung pasar sebenarnya mulai terasa sejak masa pandemi COVID-19. Kala itu, banyak toko terpaksa tutup satu per satu, dan kondisi ini berlanjut hingga sekarang. Rika menambahkan, setelah pandemi, masyarakat semakin terbiasa dengan belanja online, yang dinilai lebih praktis dan terjangkau.
“Orang-orang sekarang belanja online karena lebih murah dan mudah. Pedagang di sini banyak yang akhirnya menutup usaha mereka karena sulit bersaing,” tambahnya. Rika sendiri masih bertahan karena barang yang ia jual adalah kebutuhan pokok seperti sayur-mayur, yang masih dicari masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
Yuli, salah satu pengunjung Pasar Koppamastera, mengaku prihatin melihat kondisi pasar yang kini sepi dan penuh dengan ruko yang kosong. Ia mengenang masa-masa ketika pasar ini ramai oleh pengunjung. “Dulu pasar ini ramai, tapi sekarang sepi. Kami memang lebih sering belanja online sekarang. Harapannya, para pedagang bisa menyesuaikan diri dengan tren dan menjual barang-barang mereka secara online, supaya bisa tetap bertahan,” tuturnya.
Pasar Koppamastera, yang dahulu menjadi ikon perbelanjaan lokal, kini menghadapi tantangan berat akibat perubahan pola belanja masyarakat. Kondisi ini menjadi cerminan betapa digitalisasi telah merubah kebiasaan konsumen, yang kini beralih dari pasar tradisional ke belanja daring. (Suryani)