Jokowi ke Lampung, Berkah atau Musibah?
FAJARSUMATERA – Jalanan di Lampung Tengah sempat viral karena rusak parah bak kubangan mandi kerbau. Presiden Joko Widodo hendak datang dan jalanan diperbaiki. Namun, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyatakan perbaikan jalan dilakukan bukan karena Jokowi mau datang.
“Tidak ada hubungannya karena Presiden mau datang kemudian jalannya dibuat bagus,” kata Arinal dilansir dari detikcom, Kamis (4/5/2023).
Gubernur Lampung tersebut menjelaskan, proses perbaikan jalan sudah direncanakan jauh-jauh hari sejak penyusunan anggaran 2023 pada tahun lalu. Penganggaran perbaikan jalan dilakukan setelah Lampung memfokuskan anggaran untuk penanganan COVID-19 dan dampaknya.
Anggaran di APBD Lampung tahun 2023 untuk pembangunan jalan dan rehabilitasi jalan-jembatan ada Rp 744 miliar. Khusus untuk pembangunan 14 jalan prioritas, APBD Lampung menganggarkan Rp 300 miliar.
Untuk jalanan yang viral bak kubangan kemudian saat ini diperbaiki jelang kedatangan Jokowi, nama jalannya adalah Simpang Randu-Seputih Surabaya, di Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah. Jalan di Kecamatan Rumbia itu akan dibangun sepanjang 7 km, sisanya dinilai masih cukup baik.
Hal ini pun tak luput dari kritik dan saran publik baik di tingkat Lampung maupun secara Nasional. Berbagai perbandingan pun menjadi indikator keberhasilan atau gagalnya seorang pemimpin, seperti yang disampaikan oleh Pengamat Publik dan Pembangunan, Nizwar Affandi.
“Kalau di negara-negara maju seperti Jepang dan Inggris, seorang pejabat negara yang kinerjanya menjadi perbincangan publik seperti Gubernur Arinal ini tentu sudah lama mengundurkan diri,”ujar Afan sapaannya.
Ia pun menambahkan, seandainya masih memegang teguh kearifan budaya Lampung, Gubernur Arinal tentu juga sudah menyatakan berhenti dari jabatannya karena karakter mendasar Orang Lampung itu sangat menjaga rasa malu, termasuk malu jika tidak mampu menjalankan tugas dan malu jika tidak bisa menjaga amanat.
“Ada potongan dialog yang cukup populer antara Pahlawan Nasional Radin Inten II dengan Ibunya. Beliau bertanya apa obat malu yang dijawab lugas oleh Ibunya; “obat malu itu, mati anakku”, jelas Nizwar Affandi.
Secara lugas, Affan tidak meminta Gubernur Arinal melakukan “Seppuku” seperti tradisi Bushido para samurai di Jepang, tetapi setidaknya tunjukkan rasa malu dan penyesalan sehingga di sisa masa jabatan yang tinggal 171 hari kerja itu beliau bekerja dengan lebih khidmat dan tidak lagi memaksakan diri menebalkan muka ingin mencalonkan dirinya kembali dalam kontestasi Pilgub tahun depan.