Faisol Djausal Harapan Baru bagi KONI Lampung

Di dunia olahraga, ada momen-momen yang tampak sederhana namun menyimpan makna besar. Salah satunya adalah pertemuan antara Margono Tarmudji—Sekretaris PABSI dan PABERSI Lampung—dengan Haji Faisol Djausal, sosok yang namanya telah lama harum di Bumi Ruwa Jurai. Hanya satu jam mereka duduk bersama. Singkat, memang. Tapi cukup untuk menyalakan api harapan baru bagi masa depan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Lampung.
Margono mengisahkan, pertemuan tersebut tidak hanya menjadi ajang silaturahmi atau nostalgia. Di balik percakapan yang hangat, terselip pembicaraan serius tentang masa depan pembinaan atlet, potensi generasi muda, dan tantangan olahraga daerah. Tapi yang paling krusial adalah pernyataan Haji Faisol yang tidak menutup diri jika ada dorongan dari cabang olahraga (cabor) untuk maju sebagai Ketua Umum KONI Lampung.
Pernyataan itu ibarat titik temu antara kerinduan dan harapan. Kerinduan akan sosok pemimpin olahraga yang memahami lapangan, bukan sekadar duduk di balik meja. Dan harapan akan masa depan KONI Lampung yang dipimpin oleh figur yang telah lama menyatu dengan denyut nadi dunia olahraga.
Tak menunggu waktu lama, Margono langsung bergerak. Ia menggalang konsolidasi dengan para pengurus cabor. Sebuah langkah awal untuk merapatkan barisan. “Sebab, Bang Haji Faisol bukan sekadar Ketua IPSI. Beliau ini sudah seperti ‘Bapaknya Olahraga Lampung’. Banyak cabor, kalau ada masalah, larinya ya ke beliau. Bukan karena jabatan, tapi karena kepercayaan,” ucapnya penuh keyakinan.
Margono sendiri telah mengenal sosok Haji Faisol jauh sebelum dirinya aktif seperti sekarang. Sejak era Gubernur Poedjono Pranyoto, nama Faisol sudah tercatat dalam kepengurusan KONI. Ia bukan orang baru, melainkan bagian dari sejarah olahraga Lampung itu sendiri. Dari cerita kejayaan masa lalu hingga tantangan hari ini, ia ada dan terus memberi.
Pertemuan satu jam itu bisa jadi akan dikenang sebagai titik awal perubahan. Bukan karena apa yang dibicarakan terlalu besar, tapi karena siapa yang bicara dan bagaimana arah pembicaraan itu membuka cakrawala baru. Di ruang sempit itulah harapan bertumbuh—bahwa olahraga Lampung masih punya masa depan, dan masa depan itu membutuhkan nahkoda yang tepat.